Friday 27 December 2013

POLA PIKIR dan GAYA HIDUP

 Tulisan ini di ikutsertakan dalam lomba blog #ApaIdemu persembahan dari PertamaxIND

Sampah telah menjadi sebuah permasalahan di Indonesia. Bukan hanya kota-kota besar, kota-kota kecil pun semakin hari semakin dipusingkan dengan sampah dan pengelolaannya. Semakin hari, sampah bukannya semakin berkurang justru sebaliknya semakin menumpuk dan bertambah. Apa sebab?. Mungkin pola pikir kita yang perlu dibenahi. Atau gaya hidup kita yang musti dirubah.

Gaya hidup kita memang sangat akrab dengan sampah. Masih dapat kita ingat ketika Pemkot Bandung begitu putus asanya menghadapi permasalahan sampah beberapa waktu kemarin. Juga ketika Sudin Jakarta Timur kewalahan membersihkan sampah yang volumenya mencapai 6.716 m3 perhari meskipun sudah ditopang oleh 211 unit kendaraan pengangkut sampah dan 120 Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Jangan Buang Sampah Pada Tempatnya. Kita masih terperangkap dengan pola pikir bahwa sampah harus dibuang. Sejak kecil, orang tua kita, bahkan guru di sekolah selalu berpesan; “Buanglah sampah pada tempatnya”.

Pola pikir yang semacam ini sudah semestinya kita tinggalkan. Haruslah kita sadari apa yang terjadi dengan sampah kita setelah dibuang ke luar rumah, apakah seluruh sampah tersebut langsung hilang ditelan bumi?. Dan apa jadinya jika kita dan seluruh warga kota terus menghasilkan sampah? Apakah lahan di kota akan cukup menampung seluruh sampah kita?
Gaya hidup dan pola pikir kita terhadap sampah dan pengelolaannya musti dibenahi atau bahkan dirubah. Jangan lagi menuliskan kalimat “Buanglah sampah pada tempatnya” karena itu terbukti tidak menyelesaikan permasalahan sampah.

Namun, yang harus kita lakukan terhadap sampah yaitu harus dikurangi atau daur ulang, mengurangi sampah yang kita hasilkan bisa dilakukan dengan, membawa kantong belanjaan sendiri atau meminum minuman langsung dari gelas tanpa sedotan plastik. Proses daur ulang, sampah ternyata bisa dimanfaatkan menjadi keuntungan, daur ulang sampah ini padahal dari prosesnya itu bisa menjadi barang bernilai manfaat yang mempunyai daya jual tinggi . Tapi, ketika kita tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan daur ulang, paling tidak kita bersedia memilah sampah yang dapat didaur ulang dan memberikannya kepada para pengumpul daur ulang.

Dari pola pikir dan gaya hidup terhadap sampah, kita pun harus merubah pola pikir serta gaya hidup kita terhadap penggunaan bahan bakar, salah satunya yaitu dengan kita beralih menggunakan PERTAMAX.
Untuk menjaga kelestarian energi, salah satu langkah yang dapat di ambil adalah dengan menjadikan Pertamax sebagai bahan bakar kendaraan kita menggantikan Premium. Karena dengan menggunakan Pertamax berarti kita telah mengefisienkan 30% penggunaan bahan bakar. Yang berarti kita telah menyumbang 30% bahan bakar untuk dilestarikan.

Pertamax dapat melekat sebagai gaya hidup dengan sebenar-benarnya apabila telah tumbuh kesadaran dari diri kita untuk merestrukturisasi pemikiran. Bukan karena ada rayuan orang lain, bukan karena iming-iming hadiah, tetapi karena kita sadar bahwa Kita adalah Energi. Dan energi bukan hanya di ciptakan untuk manusia generasi sekarang, tetapi juga untuk keberlanjutan generasi manusia dan masa depan lingkungan.
Demi keberlanjutan manusia dan masa depan lingkungan, maka ada beberapa langkah nyata menjadikan Pertamax sebagai gaya hidup kita antara lain :

1.    Menanamkan Budaya Malu Menggunakan Premium

Premium hanya untuk golongan tidak mampu. Untuk itu kita harus membudayakan malu untuk menggunakan premium. Karena menggunakan premium berarti sama saja dengan mensejajarkan diri kita dalam golongan tidak mampu. Sebelum kita membeli premium ada baiknya kita berkaca diri, jika kita berpakaian bagus plus menggunakan mobil sedan, apa kata dunia ? bila kita ikut antrian premium.

2.    Bangga Menggunakan Pertamax

Tanamkan diri untuk bangga menggunakan Pertamax. Jika ada stiker Pertamax, tempelkan stiker itu di kendaraan anda dan jika ada yang bertanya apa bahan bakar kendaraan anda, jawablah dengan lantang “Pertamax”. Jangan dengarkan suara-suara sumbang yang mencibir Anda. Karena mereka tidak mengetahui apa yang telah anda ketahui.

3. Gaya Hidup Anak Muda dan Pertamax


Berkembangnya budaya urban telah menjadikan kegiatan bersenang-senang sebagai favorit anak muda, sehingga masalah energi di anggap sebagai sesuatu yang sudah seharusnya demikian dan tidak memerlukan kepedulian dari mereka. Umumnya anak muda ini menggunakan kendaraan untuk bersenang-senang, dan parahnya lagi mereka terkadang membuat antrian panjang untuk mengalirkan premium ke tangki kendaraan mereka, yang kemudian di gunakan untuk di boroskan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Pertamina untuk membuat anak muda beralih dari premium ke Pertamax adalah sebagai berikut :
1.    Duta Pertamax
Pertamina harus mempunyai Duta Pertamax yang menjadi idola anak muda, bisa dari kalangan olahragawan seperti Valentino Rossi, kalangan musisi ataupun mungkin artis/selebritis anak muda. Lebih baik lagi bila Duta Pertamax tersebut mempunyai rata-rata umur 15 – 20 tahun. Duta ini berperan untuk mengajak anak muda untuk beralih ke Pertamax.
2.    Sponsor Acara Anak Muda
Pertamina dapat menjadi sponsor utama dalam acara-acara anak muda seperti lomba otomotif, modifikasi, ataupun festival musik.

Dari perubahan pola pemikiran dan gaya hidup dari Sampah serta Pertamax ternyata mempunyai keterikatan yang kuat dalam masa depan lingkungan dan energi. Dengan menggunakan Pertamax dan mengurangi atau mendaur ulang sampah sebagai bagian dari gaya hidup, berarti kita telah melakukan sesuatu yang berguna bagi kelangsungan lingkungan, energi dan bumi. "Better Life with Pertamax for Better Indonesia".  #ApaIdemu??

 

Referensi penulisan dan gambar
informasi menarik seputar Pertamax follow twitter nya PertamaxIND dan like FP Facebooknya PertamaxIND